Tuesday, October 17, 2006

Selamat Berzakat dan Salam Aidil Fitri

Dalam separuh akhir bulan Ramadhan ini, penulis menyeru kepada diri sendiri dan para pembaca agar sama-sama merebut peluang untuk mencapai tahap pembebasan daripada dosa sebagaimana yang Allah s.w.t janjikan pada akhir bulan penuh berkah ini.

“Faya ‘ajaban liman adraka ramada na fala yukh farulah”, iaitu maksudnya “Alangkah hairannya (ajaibnya) bagi orang yang telah sampai umurnya kepada menjelang Ramadan, apabila habis Ramadan hairan kalau dia tidak mengambil kesempatan untuk Allah mengampunkan semua dosa-dosanya”.

Apakah kita yakin akan bertemu lagi bulan Ramadhan tahun depan? Bagaimana jika ajal kita sudah sampai sebelum bertemu lagi bulan al-Mubarak ini? Sama-samalah kita gunakan sebaiknya kesempatan yang kita ada ini semoga ibadah kita yang bersungguh-sungguh dalam bulan ini dipandang oleh Allah s.w.t dan semoga mampu meningkatkan darjat ketaqwaan kita kepada-NYA.

Siti Aishah r.a bertanya kepada nabi “Bilakah berlaku malam Qadar?”. Nabi bertanya kepada Aisyah semula “Apakah kamu nak buat bila kamu bertemu dengan malam Qadar?”. Aisyah menjawab “Saya tak tahu” kemudian Aisyah bertanya lagi “Apakah yang patut saya buat bila bertemu dengan malam Qadar itu?”. Nabi berkata kepada Aisyah “Malam itu malam yang amat baik untuk beramal dimalamnya dan amat mudah dimakbul Allah doanya”. Aisyah bertanya lagi “Apakah doa yang paling baik untuk aku berdoa pada malam itu?” Nabi jawab “ Kalau kamu sempat berjumpa dan mengetahui malam itu ialah malam Qadar berdoalah

“Allah humma innaka ‘afuu ’un karimun tuhib bul ‘af wa fa’ fu ‘anni” (maknanya Ya Allah, Kamulah Tuhan yang sangat suka mengampun, ampunkanlah dosa-dosa saya).


Di kesempatan ini, penulis ingin memohon maaf seandainya pernah menyinggung perasaan para pembaca sekelian, sama ada menerusi tulisan (termasuk emel dan SMS), lisan mahupun perbuatan. Sesungguhnya penulis juga insan biasa, tidak lepas daripada membuat kesilapan yang lazimnya tidak disedari oleh penulis sendiri tetapi bisanya dirasakan oleh orang lain pula.


Tuesday, September 19, 2006

Kod Pakaian Muslimah Sebenar

Banyak kesalahpahaman terhadap Islam di tengah masyarakat. Misalnya saja jilbab. Tak sedikit orang menyangka bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah tudung. Padahal tidak demikian. Jilbab bukan tudung. Tudung dalam al-Qur’an surah An-Nuur [24]: 31 disebut dengan istilah khimar (jamaknya: khumur), bukan jilbab. Adapun jilbab yang terdapat dalam surah al-Ahzab [33]: 59, sebenarnya adalah baju longgar yang menutupi seluruh tubuh perempuan dari atas sampai bawah

Kesalahpahaman lain yang sering dijumpai adalah anggapan bahwa pakaian muslimah itu yang penting sudah menutup aurat, sedang mode baju apakah terusan atau potongan, atau memakai seluar panjang, dianggap bukan masalah. Dianggap, model potongan atau berseluar panjang jeans oke-oke saja, yang penting ‘kan sudah menutup aurat. Kalau sudah menutup aurat, dianggap sudah berpakaian muslimah secara sempurna. Padahal tidak begitu. Islam telah menetapkan syarat-syarat bagi pakaian muslimah dalam kehidupan umum, seperti yang ditunjukkan oleh nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Menutup aurat itu hanya salah satu syarat, bukan satu-satunya syarat pakaian dalam kehidupan umum. Syarat lainnya misalnya pakaian muslimah tidak boleh menggunakan bahan tekstil yang transparan atau mencetak lekuk tubuh perempuan. Dengan demikian, walaupun menutup aurat tapi kalau mencetak tubuh alias ketat —atau menggunakan bahan tekstil yang transparan— tetap belum dianggap pakaian muslimah yang sempurna.

Karena itu, kesalahpahaman semacam itu perlu diluruskan, agar kita dapat kembali kepada ajaran Islam secara murni serta bebas dari pengaruh lingkungan, pergaulan, atau adat-istiadat rusak di tengah masyarakat sekuler sekarang. Memang, jika kita konsisten dengan Islam, terkadang terasa amat berat. Misalnya saja memakai jilbab (dalam arti yang sesungguhnya). Di tengah maraknya berbagai mode pakaian wanita yang diiklankan trendi dan up to date, jilbab secara kontras jelas akan kelihatan ortodoks, kaku, dan kurang trendi (dan tentu, tidak seksi). Padahal, pakaian jilbab itulah pakaian yang benar bagi muslimah.

Di sinilah kaum muslimah diuji. Diuji imannya, diuji taqwanya. Di sini dia harus memilih, apakah dia akan tetap teguh mentaati ketentuan Allah dan Rasul-Nya, seraya menanggung perasaan berat hati namun berada dalam keridhaan Allah, atau rela terseret oleh bujukan hawa nafsu atau rayuan syaitan terlaknat untuk mengenakan mode-mode liar yang dipropagandakan kaum kafir dengan tujuan agar kaum muslimah terjerumus ke dalam limbah dosa dan kesesatan.

Berkaitan dengan itu, Nabi Saw pernah bersabda bahwa akan tiba suatu masa di mana Islam akan menjadi sesuatu yang asing —termasuk pakaian jilbab— sebagaimana awal kedatangan Islam. Dalam keadaan seperti itu, kita tidak boleh larut. Harus tetap bersabar, dan memegang Islam dengan teguh, walaupun berat seperti memegang bara api. Dan insyaAllah, dalam kondisi yang rusak dan bejat seperti ini, mereka yang tetap taat akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Bahkan dengan pahala lima puluh kali lipat daripada pahala para shahabat. Sabda Nabi Saw:

“Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu.” [HR. Muslim no. 145].

“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari yang memerlukan kesabaran. Kesabaran pada masa-masa itu bagaikan memegang bara api. Bagi orang yang mengerjakan suatu amalan pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang mengerjakan semisal amalan itu. Ada yang berkata, “Hai Rasululah, apakah itu pahala lima puluh di antara mereka?” Rasululah Saw menjawab, “Bahkan lima puluh orang di antara kalian (para shahabat).” [HR. Abu Dawud, dengan sanad hasan].


2. Aurat Dan pakaian Muslimah

Ada 3 (tiga) masalah yang sering dicampuradukkan yang sebenarnya merupakan masalah-masalah yang berbeda-beda.

Pertama, masalah batasan aurat bagi wanita.

Kedua, pakaian muslimah dalam kehidupan khusus (al hayah al khashshash), yaitu tempat-tempat di mana wanita hidup bersama mahram atau sesama wanita, seperti rumah-rumah pribadi, atau tempat kost.

Ketiga, pakaian muslimah dalam kehidupan umum (al hayah ‘ammah), yaitu tempat-tempat di mana wanita berinteraksi dengan anggota masyarakat lain secara umum, seperti di jalan-jalan, sekolah, pasar, kampus, dan sebagainya. pakaian wanita muslimah dalam kehidupan umum ini terdiri dari jilbab dan khimar.

a. Batasan Aurat Wanita

Aurat wanita adalah seluruh anggota tubuhnya kecuali wajah dan dua telapak tangannya. Lehernya adalah aurat, rambutnya juga aurat bagi orang yang bukan mahram, meskipun cuma selembar. Seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan adalah aurat yang wajib ditutup. Hal ini berlandaskan firman Allah SWT:

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Qs. an-Nuur [24]: 31).

Yang dimaksud “wa laa yubdiina ziinatahunna” (janganlah mereka menampakkan perhiasannya), adalah “wa laa yubdiina mahalla ziinatahinna” (janganlah mereka menampakkan tempat-tempat (anggota tubuh) yang di situ dikenakan perhiasan) (Lihat Abu Bakar Al-Jashshash, Ahkamul Qur’an, juz III, hal. 316).

Selanjutnya, “illa maa zhahara minha” (kecuali yang (biasa) nampak dari padanya). Jadi ada anggota tubuh yang boleh ditampakkan. Anggota tubuh tersebut, adalah wajah dan dua telapak tangan. Demikianlah pendapat sebagian shahabat, seperti ‘Aisyah, Ibnu Abbas, dan Ibnu Umar (Al-Albani, 2001 : 66). Ibnu Jarir Ath-Thabari (w. 310 H) berkata dalam kitab tafsirnya Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, juz XVIII, hal. 84, mengenai apa yang dimaksud dengan “kecuali yang (biasa) nampak dari padanya” (illaa maa zhahara minha): “Pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah yang mengatakan, ‘Yang dimaksudkan adalah wajah dan dua telapak tangan’.” Pendapat yang sama juga dinyatakan Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, juz XII, hal. 229 (Al-Albani, 2001 : 50 & 57).

Jadi, yang dimaksud dengan apa yang nampak dari padanya adalah wajah dan dua telapak tangan. Sebab kedua anggota tubuh inilah yang biasa nampak dari kalangan muslimah di hadapan Nabi Saw sedangkan beliau mendiamkannya. Kedua anggota tubuh ini pula yang nampak dalam ibadah-ibadah seperti haji dan shalat. Kedua anggota tubuh ini biasa terlihat di masa Rasulullah Saw, yaitu di masa masih turunnya ayat al-Qur’an (An-Nabhani, 1990 : 45). Di samping itu terdapat alasan lain yang menunjukkan bahwasanya seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan dua telapak tangan karena sabda Rasulullah Saw kepada Asma’ binti Abu Bakar:

“Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidl) maka tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjukkan wajah dan telapak tangannya.” [HR. Abu Dawud].

Inilah dalil-dalil yang menunjukkan dengan jelas bahwasanya seluruh tubuh wanita itu adalah aurat, kecuali wajah dan dua telapak tangannya. Maka diwajibkan atas wanita untuk menutupi auratnya, yaitu menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya.

b. Pakaian Muslimah Dalam Kehidupan Khusus

Adapun dengan apa seorang muslimah menutupi aurat tersebut, maka di sini syara’ tidak menentukan bentuk/model pakaian tertentu untuk menutupi aurat, akan tetapi membiarkan secara mutlak tanpa menentukannya dan cukup dengan mencantumkan lafadz dalam firman-Nya (Qs. an-Nuur [24]: 31) “wa laa yubdiina” (Dan janganlah mereka menampakkan) atau sabda Nabi Saw “lam yashluh an yura minha” (tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya) [HR. Abu Dawud]. Jadi, pakaian yang menutupi seluruh auratnya kecuali wajah dan telapak tangan dianggap sudah menutupi, walau bagaimana pun bentuknya. Dengan mengenakan daster atau kain yang panjang juga dapat menutupi, begitu pula seluar panjang, rok, dan kaos juga dapat menutupinya. Sebab bentuk dan jenis pakaian tidak ditentukan oleh syara’.

Berdasarkan hal ini maka setiap bentuk dan jenis pakaian yang dapat menutupi aurat, yaitu yang tidak menampakkan aurat dianggap sebagai penutup bagi aurat secara syar’i, tanpa melihat lagi bentuk, jenis, maupun macamnya.

Namun demikian syara’ telah mensyaratkan dalam berpakaian agar pakaian yang dikenakan dapat menutupi kulit. Jadi pakaian harus dapat menutupi kulit sehingga warna kulitnya tidak diketahui. Jika tidak demikian, maka dianggap tidak menutupi aurat. Oleh karena itu apabila kain penutup itu tipis/transparan sehingga nampak warna kulitnya dan dapat diketahui apakah kulitnya berwarna merah atau coklat, maka kain penutup seperti ini tidak boleh dijadikan penutup aurat.

Mengenai dalil bahwasanya syara’ telah mewajibkan menutupi kulit sehingga tidak diketahui warnanya, adalah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwasanya Asma’ binti Abubakar telah masuk ke ruangan Nabi Saw dengan berpakaian tipis/transparan, lalu Rasulullah Saw berpaling seraya bersabda:

“Wahai Asma` sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidl) tidak boleh baginya untuk menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini.” [HR. Abu Dawud].

Jadi Rasulullah Saw menganggap kain yang tipis itu tidak menutupi aurat, malah dianggap menyingkapkan aurat. Oleh karena itu lalu Nabi Saw berpaling seraya memerintahkannya menutupi auratnya, yaitu mengenakan pakaian yang dapat menutupi.

Dalil lainnya juga terdapat dalam hadits riwayat Usamah bin Zaid, bahwasanya ia ditanyai oleh Nabi Saw tentang Qibtiyah (baju tipis) yang telah diberikan Nabi Saw kepada Usamah. Lalu dijawab oleh Usamah bahwasanya ia telah memberikan pakaian itu kepada isterinya, maka Rasulullah Saw bersabda kepadanya:

“Suruhlah isterimu mengenakan baju dalam di balik kain Qibtiyah itu, karena sesungguhnya aku khawatir kalau-kalau nampak lekuk tubuhnya.” [HR. Ahmad dan Al-Baihaqi, dengan sanad hasan. Dikeluarkan oleh Adh-Dhiya’ dalam kitab Al-Ahadits Al-Mukhtarah, juz I, hal. 441] (Al-Albani, 2001 : 135).

Qibtiyah adalah sehelai kain tipis. Oleh karena itu tatkala Rasulullah Saw mengetahui bahwasanya Usamah memberikannya kepada isterinya, beliau memerintahkan agar dipakai di bagian dalam kain supaya tidak kelihatan warna kulitnya dilihat dari balik kain tipis itu, sehingga beliau bersabda: “Suruhlah isterimu mengenakan baju dalam di balik kain Qibtiyah itu.”

Dengan demikian kedua hadits ini merupakan petunjuk yang sangat jelas bahwasanya syara’ telah mensyaratkan apa yang harus ditutup, yaitu kain yang dapat menutupi kulit. Atas dasar inilah maka diwajibkan bagi wanita untuk menutupi auratnya dengan pakaian yang tidak tipis sedemikian sehingga tidak tergambar apa yang ada di baliknya.

c. pakaian Muslimah Dalam Kehidupan Umum

Pembahasan poin b di atas adalah topik mengenai penutupan aurat wanita dalam kehidupan khusus. Topik ini tidak dapat dicampuradukkan dengan pakaian wanita dalam kehidupan umum, dan tidak dapat pula dicampuradukkan dengan masalah tabarruj pada sebagian pakaian-pakaian wanita.

Jadi, jika seorang wanita telah mengenakan pakaian yang menutupi aurat, tidak berarti lantas dia dibolehkan mengenakan pakaian itu dalam kehidupan umum, seperti di jalanan umum, atau di sekolah, pasar, kampus, kantor, dan sebagainya. Mengapa? Sebab untuk kehidupan umum terdapat pakaian tertentu yang telah ditetapkan oleh syara’. Jadi dalam kehidupan umum tidaklah cukup hanya dengan menutupi aurat, seperti misalnya seluar panjang, atau baju potongan, yang sebenarnya tidak boleh dikenakan di jalanan umum meskipun dengan mengenakan itu sudah dapat menutupi aurat.

Seorang wanita yang mengenakan seluar panjang atau baju potongan memang dapat menutupi aurat. Namun tidak berarti kemudian pakaian itu boleh dipakai di hadapan laki-laki yang bukan mahram, karena dengan pakaian itu ia telah menampakkan keindahan tubuhnya (tabarruj). Tabarruj adalah, menempakkan perhiasan dan keindahan tubuh bagi laki-laki asing/non-mahram (izh-haruz ziinah wal mahasin lil ajaanib) (An-Nabhani, 1990 : 104). Oleh karena itu walaupun ia telah menutupi auratnya, akan tetapi ia telah bertabarruj, sedangkan tabarruj dilarang oleh syara’.

Pakaian wanita dalam kehidupan umum ada 2 (dua), yaitu baju bawah (libas asfal) yang disebut dengan jilbab, dan baju atas (libas a’la) yaitu khimar (tudung). Dengan dua pakaian inilah seorang wanita boleh berada dalam kehidupan umum, seperti di kampus, supermarket, jalanan umum, kebun binatang, atau di pasar-pasar.

Apakah pengertian jilbab? Dalam kitab Al Mu’jam Al Wasith karya Dr. Ibrahim Anis (Kairo : Darul Maarif) halaman 128, jilbab diartikan sebagai “Ats tsaubul musytamil ‘alal jasadi kullihi” (pakaian yang menutupi seluruh tubuh), atau “Ma yulbasu fauqa ats tsiyab kal milhafah” (pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian rumah, seperti milhafah (baju terusan), atau “Al Mula`ah tasytamilu biha al mar’ah” (pakaian luar yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh wanita).

Jadi jelaslah, bahwa yang diwajibkan atas wanita adalah mengenakan kain terusan (dari kepala sampai bawah) (Arab: milhafah/mula`ah) yang dikenakan sebagai pakaian luar (di bawahnya masih ada pakaian rumah, seperti daster, tidak langsung pakaian dalam) lalu diulurkan ke bawah hingga menutupi kedua kakinya.

Untuk baju atas, disyariatkan khimar, yaitu tudung atau apa saja yang serupa dengannya yang berfungsi menutupi seluruh kepala, leher, dan lubang baju di dada. Pakaian jenis ini harus dikenakan jika hendak keluar menuju pasar-pasar atau berjalan melalui jalanan umum (An-Nabhani, 1990 : 4.

Apabila ia telah mengenakan kedua jenis pakaian ini (jilbab dan khimar) dibolehkan baginya keluar dari rumahnya menuju pasar atau berjalan melalui jalanan umum, yaitu menuju kehidupan umum. Akan tetapi jika ia tidak mengenakan kedua jenis pakaian ini maka dia tidak boleh keluar dalam keadaan apa pun, sebab perintah yang menyangkut kedua jenis pakaian ini datang dalam bentuk yang umum, dan tetap dalam keumumannya dalam seluruh keadaan, karena tidak ada dalil yang mengkhususkannya.

Dalil mengenai wajibnya mengenakan dua jenis pakaian ini, karena firman Allah SWT mengenai pakaian bagian bagian atas (khimar/tudung):

“Hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Qs. an-Nuur [24]: 31).

Dan karena firman Allah SWT mengenai pakaian bagian bawah (jilbab):

“Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya.” (Qs. al-Ahzab [33]: 59).

Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupan umum, adalah hadits yang diriwayatkan dari Ummu ‘Athiah r.a., bahwa dia berkata:

“Rasulullah Saw memerintahkan kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat Ied, maka Ummu ‘Athiyah berkata, ‘Salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?’ Maka Rasulullah Saw menjawab: 'Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya!’” [Muttafaqun ‘alaihi] (Al-Albani, 2001 : 82).

Berkaitan dengan hadits Ummu ‘Athiyah ini, Syaikh Anwar Al-Kasymiri, dalam kitabnya Faidhul Bari, juz I, hal. 388, mengatakan: “Dapatlah dimengerti dari hadits ini, bahwa jilbab itu dituntut manakala seorang wanita keluar rumah, dan ia tidak boleh keluar (rumah) jika tidak mengenakan jilbab.” (Al-Albani, 2001 : 93).

Dalil-dalil di atas tadi menjelaskan adanya suatu petunjuk mengenai pakaian wanita dalam kehidupan umum. Allah SWT telah menyebutkan sifat pakaian ini dalam dua ayat di atas yang telah diwajibkan atas wanita agar dikenakan dalam kehidupan umum dengan perincian yang lengkap dan menyeluruh. Kewajiban ini dipertegas lagi dalam hadits dari Ummu ‘Athiah r.a. di atas, yakni kalau seorang wanita tak punya jilbab —untuk keluar di lapangan sholat Ied (kehidupan umum)— maka dia harus meminjam kepada saudaranya (sesama muslim). Kalau tidak wajib, niscaya Nabi Saw tidak akan memerintahkan wanita mencari pinjaman jilbab.

Untuk jilbab, disyaratkan tidak boleh potongan, tetapi harus terulur sampai ke bawah sampai menutup kedua kaki, sebab Allah SWT mengatakan: “yudniina ‘alaihinna min jalabibihinna” (Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka).

Dalam ayat tersebut terdapat kata “yudniina” yang artinya adalah yurkhiina ila asfal (mengulurkan sampai ke bawah/kedua kaki). Penafsiran ini —yaitu idnaa’ berarti irkhaa’ ila asfal— diperkuat dengan dengan hadits Ibnu Umar bahwa dia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda:

“Barang siapa yang melabuhkan/menghela bajunya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada Hari Kiamat nanti.’ Lalu Ummu Salamah berkata,’Lalu apa yang harus diperbuat wanita dengan ujung-ujung pakaian mereka (bi dzuyulihinna).” Nabi Saw menjawab,’Hendaklah mereka mengulurkannya (yurkhiina) sejengkal (syibran)’ (yakni dari separoh betis). Ummu Salamah menjawab, ‘Kalau begitu, kaki-kaki mereka akan tersingkap.’ Lalu Nabi menjawab, ‘Hendaklah mereka mengulurkannya sehasta (fa yurkhiina dzira`an) dan jangan mereka menambah lagi dari itu.” [HR. At-Tirmidzi, juz III, hal. 47; hadits sahih] (Al-Albani, 2001 : 89).

Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa pada masa Nabi Saw, pakaian luar yang dikenakan wanita di atas pakaian rumah —yaitu jilbab— telah diulurkan sampai ke bawah hingga menutupi kedua kaki.

Berarti jilbab adalah terusan, bukan potongan. Sebab kalau potongan, tidak boleh terulur sampai bawah. Atau dengan kata lain, dengan pakaian potongan seorang wanita muslimah dianggap belum melaksanakan perintah “[/i]yudniina ‘alaihinna min jalaabibihina[/i]” (Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbabnya). Di samping itu kata min dalam ayat tersebut bukan min lit tab’idh (yang menunjukkan arti sebagian) tapi merupakan min lil bayan (menunjukkan penjelasan jenis). Jadi artinya bukanlah “Hendaklah mereka mengulurkan sebagian jilbab-jilbab mereka” (sehingga boleh potongan), melainkan Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka (sehingga jilbab harus terusan) (An-Nabhani, 1990 : 45-51)

3. Penutup

Dari penjelasan di atas jelas bahwa wanita dalam kehidupan umum wajib mengenakan baju terusan yang longgar yang terulur sampai ke bawah yang dikenakan di atas baju rumah mereka. Itulah yang disebut dengan jilbab dalam al-Qur’an.

Jika seorang wanita muslimah keluar rumah tanpa mengenakan jilbab seperti itu, dia telah berdosa, meskipun dia sudah menutup auratnya. Sebab mengenakan baju yang longgar yang terulur sampai bawah adalah fardlu hukumnya. Dan setiap pelanggaran terhadap yang fardlu dengan sendirinya adalah suatu penyimpangan dari syariat Islam di mana pelakunya dipandang berdosa di sisi Allah. [M. Shiddiq al-Jawi]

Rujukan:
1. Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2001. Jilbab Wanita Muslimah Menurut Al-Qur`an dan As Sunnah (Jilbab Al-Mar`ah Al-Muslimah fi Al-Kitab wa As-Sunnah). Alih Bahasa Hawin Murtadlo & Abu Sayyid Sayyaf. Cetakan ke-6. (Solo : At-Tibyan).

2. ----------. 2002. Ar-Radd Al-Mufhim Hukum Cadar (Ar-Radd Al-Mufhim ‘Ala Man Khalafa Al-‘Ulama wa Tasyaddada wa Ta’ashshaba wa Alzama Al-Mar`ah bi Satri Wajhiha wa Kaffayha wa Awjaba). Alih Bahasa Abu Shafiya. Cetakan ke-1. (Yogyakarta : Media Hidayah).

3. Al-Baghdadi, Abdurrahman. 1998. Emansipasi Adakah dalam Islam Suatu Tinjauan Syariat Islam Tentang Kehidupan Wanita. Cetakan ke-10. (Jakarta : Gema Insani Press).

4. Ali, Wan Muhammad bin Muhammad. Al-Hijab. Alih bahasa Supriyanto Abdullah. Cetakan ke-1. (Yogyakarta : Ash-Shaff).

5. Ambarwati, K.R. & M. Al-Khaththath. 2003. Jilbab Antara Trend dan Kewajiban. Cetakan Ke-1. (Jakarta : Wahyu Press).
6. Anis, Ibrahim et.al. 1972. Al-Mu’jamul Wasith. Cet. 2. (Kairo : Darul Ma’arif)
7. An-Nabhani, Taqiyuddin. 1990. An-Nizham Al-Ijtima’i fi Al-Islam. Cetakan ke-3. (Beirut : Darul Ummah).

8. Ath-Thayyibiy, Achmad Junaidi. 2003. Tata Kehidupan Wanita dalam Syariat Islam. Cetakan ke-1. (Jakarta : Wahyu Press).

9. Bin Baz, Syaikh Abdul Aziz et.al. 2000. Fatwa-Fatwa Tentang Memandang, Berkhalwat, dan Berbaurnya Pria dan Wanita (Fatawa An-Nazhar wa al-Khalwah wa Al-Ikhtilath). Alih Bahasa Team At-Tibyan. Cetakan ke-5. (Solo : At-Tibyan).

10. Taimiyyah, Ibnu. 2000. Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Sholat (Hijab Al-Mar`ah wa Libasuha fi Ash-Shalah). Ditahqiq Oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Alih Bahasa Hawin Murtadlo. Cetakan ke-2. (Solo : At-Tibyan).

11. ---------- et. al. 2002. 5 Risalah Hijab Kumpulan Fatwa-Fatwa Tentang Pakaian, Hijab, Cadar, Ikhtilath, Berjabat Tangan, dan Khalwat (Majmu’ Rasail fi Al Hijab wa As-Sufur). Alih Bahasa Muzaidi Hasbullah. Cetakan ke-1. (Solo : Pustaka Arafah). 12. Qonita, Arina. 2001. Jilbab dan Hijab. Cetakan ke-1. (Jakarta : Bina Mitra Press).

Saturday, September 02, 2006

Ada apa dengan tudung??

Peristiwanya:





Pernah tak kita terbaca atau terdengar ayat berikut:

  • "Ala...orang bertudung pun kadang-kadang lebih teruk perangai dari yang tidak bertudung"
  • "Hey, bertudung itu tidak wajiblah..."
  • "Pakai tudung nie ketinggalan zaman la.."
  • "Bila solat je baru kita disuruh pakai telekung, time lain takpe.."
  • "I rimas la bertudung...panas dan rasa tak bebas.."
  • "I tak pakai tudung sebab rambut I boleh rosak atau gugur.."
  • "Tengok tu...orang bertudung pun kena rogol..apa bezanya dengan tidak pakai tudung??"

Persoalannya:

Mengapa boleh terjadi suasana sebegini di dalam masyarakat Islam kita hari ini? Sudah begitu terpesong pemikiran segelintir wanita Islam kita sehingga boleh menuturkan ujaran-ujaran sedemikian. Soalnya apakah unsur yang telah membawa keterpesongan ini??

Dr. Mohd. Asri dalam artikelnya, mendedahkan serangan terancang Barat ke atas soal aurat wanita Islam sebagai punca utama. Hebatnya dakyah Barat sehingga ada segelintir umat Islam yang terpengaruh lalu mempertikaikan batas-batas aurat wanita dalam Islam sehingga mendakwa rambut wanita bukanlah aurat dan menutup kepala itu sebenarnya menutup akal. Pandangan ini dipelopori oleh Al-'Ashmawi dan Abdul 'Azim Ramadhan - dua tokoh Mesir yang mendewakan Barat.

Di Malaysia, pandangan dua tokoh ini turut didukung oleh beberapa NGO, terutamanya Sisters In Islam - pertubuhan sama yang menentang poligami daripada diamalkan dalam keluarga Islam. Gerakan Islam Liberal banyak bertopengkan NGO-NGO seperti ini dalam menyebarkan dakyah mereka yang banyak bercanggah dengan fatwa Ahli Sunnah Wal Jamaah. Antara tokoh di belakang tabir Sisters in Islam ini ialah Dr. Amina Wadud (pernah menggemparkan dunia dgn tindakan beliau mengimamkan solat Jumaat suatu ketika dulu) dan pelopor Islam Liberal Indonesia, Kiyai Hussein Muhammad.

Penyebaran dakyah songsang Islam Liberal semakin meluas dengan keupayaan menggunakan saluran media massa di Malaysia. Antaranya rancangan 3R, terbitan Marina Mahathir, yang juga ahli aktif dalam Sisters In Islam, sama seperti anak perempuan Perdana Menteri kita sekarang.

Merbahayanya doktrin Islam Liberal ini ialah kerana mereka menafsirkan ajaran agama Islam seiras dengan pandangan umum masyarakat Barat. Mereka memperalatkan al-Quran dan segala dalil ditafsirkan mengikut kehendak mereka (al-Khalidi, Mafatih li at-Ta`amul ma`a al-Quran).

Berbalik kepada persoalan asal, semua mazhab berpendapat rambut wanita adalah WAJIB ditutup. Justeru, memakai tudung itu adalah WAJIB hukumnya. Dalil utamanya ialah Surah An-Nur ayat 31:

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya..."

Para ulama muktabar sepakat berpendapat bahawa wanita yang memandang remeh kewajipan menutup aurat adalah berdosa dan di akhirat nanti akan disiksa dengan begitu azab sekali. Wanita yang sengaja menafikan kewajipan menutup aurat boleh rosak dan terpesong aqidahnya daripada Islam. Wanita yang sengaja melengah-lengahkan melaksanakan kewajipan ini sekiranya meninggal dunia sebelum sempat bertaubat akan menyesal dengan penyesalan yang amat besar di akhirat kelak. (sumber: Laman Mufti)

Pemakaian tudung kelihatan remeh bagi sesetengah pihak, namun hikmah di sebalik syariat itu membawa maksud yang besar - menjaga aurat dari pandangan lelaki bukan muhram, bukan sahaja menjaga maruah diri, malah maruah wanita mukmin keseluruhannya.

Harga diri wanita terlalu mahal. Atas dasar itu syariat telah menetapkan supaya wanita berpakaian longgar dengan warna yang tidak menarik serta menutup seluruh badannya dari kepala hingga ke kaki, kecuali muka dan tapak tangan. (sumber: Laman Mufti dan Darulnuman).

Thursday, August 31, 2006

Soalan picisan sempena bulan merdeka

Lazimnya:


Menjelang tarikh keramat 31 Ogos, soalan-soalan default yang berikut sering diajukan kepada rakyat jelata:

  • Apakah erti kemerdekaan bagi diri anda?
  • Sebagai rakyat, bagaimanakah anda mengisi kemerdekaan ini?
  • Apakah sumbangan anda sepanjang 49 tahun Malaysia merdeka?

Sepatutnya soalan-soalan sebegini tidak perlu diajukan kepada rakyat bawahan biasa seperti kita. Sudah tentu jawapan yang kita berikan adalah stereotaip:

  • Sebagai pelajar, kami menumpukan perhatian penuh dalam menuntut ilmu
  • Sebagai pensyarah, kami didik anak bangsa dgn ilmu yang bermanfaat
  • Sebagai nelayan, kami bekalkan sumber laut untuk rakyat jelata
  • Sebagai polis, kami berkhidmat penuh dedikasi demi keamanan negara


Persoalannya:

Begitulah jawapan mereka. Tak kira berapa tahun negara merdeka, jawapan mereka tetap sama kerana memang itulah yang mereka lakukan dari zaman sebelum merdeka sehingga sekarang dan juga di masa hadapan kelak. Tidak akan berubah. Jadi kenapa perlu ditanyakan soalan-soalan picisan seperti itu kepada rakyat jelata???

Sepatutnya soalan-soalan picisan itu diajukan kepada pucuk pimpinan negara, ahli-ahli Dewan Rakyat dan Dewan Negara dan juga pucuk pimpinan UMNO. Kenapa?? Sebab golongan inilah yang membuat perancangan dan perlaksanaan dalam menentukan hala tuju negara yang merdeka ini. Mereka inilah yang memikul tanggungjawab besar mengisi kemerdekaan negara.

Seandainya diajukan soalan-soalan sedemikian, pasti ada di kalangan mereka yang terkantat-kantat untuk menjawab kerana ada tindakan mereka yang telah menjadikan negara ini seolah terjajah semula - terjajah oleh penyelewengan, rasuah, ketidakadilan dan masalah sosial yang ditaja dengan bangganya oleh mereka.

Justeru, seandainya saya diajukan soalan-soalan picisan tadi oleh mana-mana wartawan media cetak atau elektronik, jawapan saya ialah:

"Saya rasa awak patut tanyakan soalan itu kepada pucuk pimpinan negara. Bagi diorang tu pulak berfikir secara serius untuk negara agar nanti takde la masa di Dewan Rakyat dihabiskan dengan berbahas benda-benda picisan seperti perkahwinan Datuk K dan Siti tu..."

Friday, August 25, 2006

Puisi Seorang Muslimah


What do you see
when you look at me
Do you see someone limited,
or someone free

<=><=><=><=><=><=><=><=>

All some people can do is just look and stare
Simply because they can't see my hair

<=><=><=><=><=><=><=><=>

Others think I am controlled and uneducated
They think that I am limited and un-liberated

<=><=><=><=><=><=><=><=>

They are so thankful that they are not me
Because they would like to remain 'free'

<=><=><=><=><=><=><=><=>

Well free isn't exactly the word I would've used
Describing women who are cheated on and abused

<=><=><=><=><=><=><=><=>

They think that I do not have opinions or voice
They think that being hooded isn't my choice

<=><=><=><=><=><=><=><=>

They think that the hood makes me look caged
That my husband or dad are totally outraged

<=><=><=><=><=><=><=><=>

All they can do is look at me in fear
And in my eye there is a tear

<=><=><=><=><=><=><=><=>

Not because I have been stared at or made fun of
But because people are ignoring the one up above

<=><=><=><=><=><=><=><=>

On the day of judgment they will be the fools
Because they were too ashamed to play by their own rules

<=><=><=><=><=><=><=><=>

Maybe the guys won't think I am a cutie
But at least I am filled with more inner beauty

<=><=><=><=><=><=><=><=>

See I have declined from being a guy's toy
Because I won't let myself be controlled by a boy

<=><=><=><=><=><=><=><=>

Real men are able to appreciate my mind
And aren't busy looking at my behind

<=><=><=><=><=><=><=><=>

Hooded girls are the ones really helping the muslim cause
The role that we play definitely deserves applause

<=><=><=><=><=><=><=><=>

I will be recognized because I am smart and bright
And because some people are inspired by my sight

<=><=><=><=><=><=><=><=>

The smart ones are attracted by my tranquility
In the back of their mind they wish they were me

<=><=><=><=><=><=><=><=>

We have the strength to do what we think is right
Even if it means putting up a life long fight

<=><=><=><=><=><=><=><=>

You see we are not controlled by a mini skirt and tight shirt
We are given only respect, and never treated like dirt

<=><=><=><=><=><=><=><=>

So you see, we are the ones that are free and liberated
We are not the ones that are sexually terrorized and violated

<=><=><=><=><=><=><=><=>

We are the ones that are free and pure
We're free of STD's that have no cure

<=><=><=><=><=><=><=><=>

So when people ask you how you feel about the hood
Just sum it up by saying 'baby its all good' ;)

<=><=><=><=><=><=><=><=>

source: www.islamway.com

Wednesday, August 23, 2006

Jurnal Musafir: Sandakan, Kota Orang Utan

Sesungguhnya saya belum pernah menjejakkan kaki ke bumi Sandakan yang khabarnya mempunyai bandar yang lebih besar daripada Tawau. Justeru peluang ke sana tidak saya sia-siakan begitu sahaja.

Penerbangan dari LCC ke Sandakan memakan masa sejam 45 minit. Pendaratan pesawat di landasan lapangan terbang Sandakan disambut cuaca yang agak mendung. Sesampainya di situ, saya lantas membuat 'tawaf' ke sekeliling airport. Hmm..agak terkejut jugak. Keadaan kemudahan di sini usang seolah dalam era tahun 80-an pulak rasanya. Bayangkanlah papan informasi elektronik yang memaparkan ketibaan dan keberangkatan dalam format LCD tidak wujud. Sebaliknya yang ada ialah papan informasi yang terbina daripada plywood yang bersalut zink, manakala butiran informasinya pula sekadar ditulis pada kepingan-kepingan papan kecil. Daif!!

Tambang teksi dari airport ke pusat bandar ialah RM 19.00. Disebabkan nak jimat duit, saya jalan keluar ke jalan besar untuk menaiki bas mini ke pusat bandar. Tambangnya cumalah RM 1.30. Perjalanan ke bandar memakan masa lebih kurang 30 minit. Menaiki bas mini yang tiada air cond sambil ditemani pelancong2 asing dari Barat yang rata2 datang dari jauh semata-mata nak lihat dan peluk Orang Utan. Hmm..patutlah papan iklan paling besar dekat airport ini bermotifkan Orang Utan di Sepilok.

Sepanjang perjalanan pelancong asing semakin ramai menaiki bas yang sama. Bas mini usang pun sambil terhoyong-hayang bergerak menuju destinasi. Jaringan jalan raya yang wujud lebih kurang sama dengan yg ada di Kota Kinabalu - tidak teratur dan berselirat.

Akhirnya bas mini berhenti di penghujung jalan - sebuah stesen bas yang terletak di pinggir laut. Saya pun turun lalu meninjau keadaan di sekitar bandar itu. Bangunan-bangunan yang usang dgn cat pucat. Ringkasnya Pusat Bandar Sandakan hanya terdiri daripada 5 - 6 deret bangunan 3 - 5 tingkat yang usang - takde apa menarik. Cuma yang tidak enaknya, begitu jelas terpampang pengaruh Kristian di bandar ini berdasarkan banyaknya gereja dan yang seumpamanya.

Sementara menunggu flight ke Tawau keesokannya, saya pun memilih utk menginap di sebuah hotel murah dgn caj RM 57.00 semalam. Pada sebelah malamnya, saya merayau lagi melihat kehidupan malam di Sandakan. Rata-rata semua kedai tutup bermula pukul 9 malam. Tapi yang hidup pula ialah pub-pub dan kedai-kedai menjual minuman keras secara terbuka.

Perut terasa lapar, justeru kaki terarah ke KFC kerana tinggal itu sahaja yang masih buka. Untuk menuju ke situ, saya terpaksa melalui kaki lima yang dipenuhi manusia yang tengah syok meneguk arak berbotol hijau jenama Heikenen dan juga Carlsberg. Beberapa mata liar memandang ke arah saya...mungkin mereka perasan saya bukan orang asal situ.

Selepas selesai makan di KFC, saya pun pulang ke hotel penginapan saya. Sekali lagi saya kena melalui kaki lima tadi. Sama juga keadaannya - beberapa lelaki mabuk kerana meneguk kencing Syaitan dan mata melirik ke arah saya. Saya pulak buat rilek je lalu situ, buat2 tak nampak mereka tgh minum tu.

Bila di pertengahan laluan itu, tiba-tiba seorang perempuan berskirt mini hitam menghampiri saya dan seolah cuba mem'blok' laluan saya. Saya tergamam seketika. Mata dia tepat memandang saya face to face. Perlahan-lahan saya mengelak dia, dan buat tidak nampak. Dia pun memberi laluan.

Sesampai di bilik, saya berfikir balik apa maksud perempuan tadi. Namun otak menafsirkan pulak bahawa tempat yang saya lalui tadi bukan setakat tempat meneguk arak tapi juga salah satu pusat persundalan. Damn!!!

Keesokan paginya, saya check out dan terus ke airport utk ke Tawau. Tambang dari Sandakan ke Tawau ialah RM 75.00 dgn syarikat penerbangan domestik terbaru, FAX. Selamat Tinggal Sandakan, Kota Orang Utan





Monday, August 07, 2006

The Road Not Taken

TWO roads diverged in a yellow wood,

And sorry I could not travel both

And be one traveler, long I stood

And looked down one as far as I could

To where it bent in the undergrowth;

5

Then took the other, as just as fair,

And having perhaps the better claim,

Because it was grassy and wanted wear;

Though as for that the passing there

Had worn them really about the same,

10

And both that morning equally lay

In leaves no step had trodden black.

Oh, I kept the first for another day!

Yet knowing how way leads on to way,

I doubted if I should ever come back.

15

I shall be telling this with a sigh

Somewhere ages and ages hence:

Two roads diverged in a wood, and I—

I took the one less traveled by,

And that has made all the difference.

20


by: Robert Frost (1874–1963). Mountain Interval. 1920

Saturday, August 05, 2006

Antara nasi lemak dan roti canai


Peristiwanya:

Sewaktu membuat medical check up beberapa bulan lepas.....

"Dey...berapa banyak berat la you..! What have you eaten lately?"
"Your blood pressure is normal...however your cholesterol level is quite high..."
"I bet you eat too much nasi lemak and roti canai..right??"
"Why the roti canai and nasi lemak price are so cheap??? That's because the mamak stall uses recycled cooking oil..they use it again and again...that's why they can sell cheaper.."

"and did you know that this kind of recycled cooking oil has very high cholesterol?"

"Avoid mamak stall...eat healthy food..and have some exercise and jogging... "
"If you are married, ask your wife to cook with less oil..or never use oil at all"
"if you do'nt change your eating habit, in two years time you will have a heart problem....seriously"


Persoalannya:

Pergh...terrer betul doktor nie...boleh la dia agak aku makan apa setiap hari..huhuhuh
Tapi memang betul la...pagi-pagi nak pegi keje...singgah jap beli nasi lemak kat tepi jalan..tapi yang meniaga tu Malayu la..support la sikit peniaga Melayu, betul tak??

Dah jadi default dah : "nasi lemak tambah dengan telur mata...ye kak...macam biasa la...hari-hari saya beli sini..takkan lupa lak.."

Balik dari keja lak, pas Isyak gitu...beli lagi nasi lemak untuk makan malam kat peniaga Melayu gak. Alaa...gerai kat bawah blok umah Pozi tu la...

Amah indon: "Biasa...tambah? Lauk apa?"
Aku: "Tambah...errr...telur goreng je la.."
Amah indon: "Tima kasehhhhhh!"

(Nota: Intonasi kawalan vokal yang unik ada pada amah tu...sebab tu la budak umah pozi pun selalu beli kat situ..hahahhahahaah!)

Bab roti canai tu...hmm tak la betul sangat. Aku sebat roti canai mmg la kat mamak stall..kalau tak kat Lot Ten (bukan yg dekat Sogo tu yea..), kat Khulafa Baru jer dengan geng seofis. Tapi hanya sesekali jer...tak selalu.

Hmmm..tapi bila dah kena warning dengan sakit jantung, nampak gaya aku kena la beringat sikit..bab exercise dan jogging tu kena la mula berjinak-jinak. Wei, korang boleh jumpa aku tercungap kat area Masjid Negeri la pagi Sabtu dan Ahad..

Sunday, July 30, 2006

Hizbullah, doa kami untuk kalian...


Peristiwanya:

Sumber berita Al-Jazeera melaporkan bahawa tentera Yahudi Laknatullah telah gagal untuk merebut Bint Jbail, satu kawasan strategik di selatan Lubnan, setelah bertempur selama seminggu. Walaupun dihujani serangan bom dari udara dan serangan roket dari artileri Yahudi, namun pejuang Hizbullah kukuh bertahan malah mampu mematahkan serangan darat tentera Yahudi yang turut dilengkapi kereta kebal.

Persoalannya:

Hizbullah dengan bantuan tentera Lubnan, Iran, Syria dan Palestine telah memberikan tentangan sengit kepada tentera Yahudi sehingga mereka gagal menceroboh kawasan tersebut. Sedang pejuang Islam bertempur di sana, kita di sini hanya riuh rendah menunjuk hebat dengan membakar bendera Amerika dan Israel...dan bila dah puas jerit baru la serah memorandum bantahan.

Hmm...jika benar kita ingin membantu perjuangan Hizbullah, bukannya kita meminta Amerika campurtangan agar diwujudkan zon penampan dan gencatan senjata, sebaliknya kita menyokong penentangan Hizbullah dengan kutipan derma dan yang seumpamanya untuk disampaikan kepada para pejuang.

Tidakkah kita sebagai umat Islam kelihatan hina apabila meminta kepada negara kafir untuk menyelamatkan nyawa saudara seIslam kita di sana? Sedangkan Allah telah meletakkan darjat umat Islam di tingkat yang tertinggi.

Ketahuilah, PBB tidak akan bertindak kerana institusi itu cumalah boneka Barat untuk menekan Islam di seluruh dunia. Justeru tidak perlu kita terjerit-jerit untuk mengutuk PBB. Itu semua tidak memberi apa-apa impak pun.

Ada eloknya semua umat Islam di seluruh dunia menghantar bantuan berupa makanan dan ubat-ubatan kepada umat di sana sambil mengadakan solat hajat memohon pertolongan Allah s.w.t agar memberikan kemenangan kepada Hizbullah dalam menentang kekejaman Yahudi.

Amiiiin...Ya Allah




Saturday, July 29, 2006

Bila dah politik, politik gak



Peristiwanya:

Sewaktu hendak menuju ke kereta untuk ke hotel penginapan Tun sempena lawatan sehari beliau ke Kelantan, beliau telah tersembur (disembur?) dengan ‘cannister’ oleh seorang lelaki misteri. Tun terasa betapa pedihnya semburan pemedih mata itu buat pertama kalinya dalam hidup beliau [Berita Harian].




Persoalannya:

Siapakah yang menyembur benda tu ke arah Tun? Sama ada sengaja atau tidak, kenapa boleh ada benda seperti itu dalam kekalutan itu? Sudah tentu banyak spekulasi liar timbul kesan daripada peristiwa ini. Sudah tentu ada pihak yang akan menuding jari kepada pihak tertentu sebagai yang bertanggungjawab.

Kelantangan Tun mengkritik kerajaan Pak Lah sudah tentu dijadikan isu yang gamaknya membawa kepada insiden itu. Malah wartawan bebas tidak menolak kemungkinan ia dilakukan oleh orang-orang penyokong Pak Lah yang kurang senang dengan kepedasan kritikan Tun.

Permainan politik akan terus berlaku. Siapa yang bertanggungjawab akan diketahui kelak...atau akan senyap aje.

Kepada Tun, sudah pasti ia seperti amaran awal agar Tun tidak mengkritik lagi. Namun, siapa yang tidak kenal pada prinsip Tun, "when you become a politician, always be a politician even you told people around you that you have retired"

Pedihnya 'cannister' itu tentu mengajar Tun bagaimana rakyat yg merasa kekejaman pihak berkuasa semasa meleraikan demonstrasi jalanan sewaktu Reformasi Anwar dahulu.

Saturday, July 22, 2006

Kera di hutan disusukan...


Peristiwanya:

Kejadian tsunami di Pangandaran telah menelan beratus-ratus mangsa - maut, cedera mahupun yg hilang. Dan bersempena dgn itu, melimpahlah bantuan asing masuk ke daerah itu. Salah satu negara yg "prihatin" dan rajin menghantar bantuan kemanusiaan ke luar negara ialah bumi yg bertuah ini, Malaysia - menerusi MERCY mahupun AMAN Malaysia. Sememangnya sifat semurni begini amat dialu-alukan.

Apapun, yg menarik perhatian saya ialah kes Elis [Utusan Malaysia], seorang kanak-kanak yg cedera akibat tsunami itu. Dgn niat yg "ikhlas", golongan yg "prihatin" dgn sukarela membawa kanak-kanak malang ini ke Malaysia utk diberikan rawatan bg memulihkan kecederaan pd wajahnya itu.


Persoalannya:

Hmm..entah apa silap di Malaysia nie. Masih terngiang-ngiang di telinga kita peristiwa yg menimpa beberapa kanak-kanak malang Malaysia yg gagal mendapat pembiayaan dari pihak swasta apatah lagi daripada dana Kementerian Kesihatan yg gah dgn "red-tape"nya. Akhir sekali kanak-kanak ini menghembuskan nafas terakhir di pangkuan ibu bapa mereka yg tidak pernah berputus asa mengemis ihsan orang ramai dan kerajaan.

Ironisnya, rancangan Bersamamu di TV3 juga mendedahkan betapa ramainya orang-orang yg kurang bernasib baik di negara ini yg amat memerlukan bantuan. Namun disebabkan mereka ini terpencil maka mereka layaknya cuma mampu diberikan bantuan berupa derma dari sistem pesanan ringkas; tabung2, tabung5 dan tabung10. Begitu daifnya corak bantuan yg layak diberikan kpd warganegara sendiri.

Banyak lagi kes menyayat hati di negara sendiri namun tidak terbela. Sebaliknya warga negara lain yg mendapat perhatian...Mana dia pembelaan yg Pak Lah janjikan utk rakyat bawahan seperti ini????????

Israel, Israel, Israel


Peristiwanya:

Serangan tentera Israel ke Palestine dan Lubnan dgn alasan menghapuskan ancaman Hizbullah ke atas pendudukan haram Israel di bumi Palestine mencipta pelbagai reaksi warga dunia.

Di Malaysia, UMNO di bawah mastermind Khairy Jamaluddin [Utusan Malaysia] menganjurkan rapat umum mendesak Israel dan seKUTU rapatnya, Amerika agar menghentikan serangan yang bersifat tiada perikemanusiaan itu.

Persoalannya:

Hmm..sampai bila "pemimpin-pemimpin" kita nie nak belajar drp sejarah? Tidakkah mereka tahu bahawa Israel TIDAK PERNAH menghiraukan apa jua bantahan warga dunia atas segala kekejaman mereka. Apakah UMNO masih tidak tahu tentang itu atau sekadar mahu wajah-wajah ahli mereka terpampang di dada akhbar arus perdana?

Jika benar Pemuda UMNO simpati dgn nasib kerajaan Palestine yg baru itu, masih ada byk wadah lain yg boleh digunapakai utk mendesak Israel menghentikan serangan. Namun yg jelas, mengadakan rapat umum dan menjerit-jerit slogan anti-Israel tidak ada dalam senarai pun!

Nabi Junjungan kita juga sudah menjelaskan bahawa Yahudi sememangnya TIDAK BOLEH diajak berunding, kerana mereka tetap mungkir janji. Justeru, kaedah paling mujarab ialah dgn mengganyang negara tidak sah itu.

Mengapa tidak? Perdana Menteri kita sebagai Pengerusi OIC sepatutnya mengadakan mesyuarat luar biasa utk membentuk pakatan utk menekan Israel menamatkan serangan mereka. Opsyen ketenteraan adalah amat disarankan. Israel dikelilingi negara-negara Arab...mengapa tidak dilancarkan serangan bersepadu ke negara tidak bermoral itu!!

Seperti kata Winston Churchill "there's time for diplomacy and there's time for war". Israel tidak perlu diajak ke arah gencatan senjata sebab mereka pasti akan melanggarnya jua. Ayuh Pak Lah...sbg pengerusi anda boleh lakukan sesuatu yg lebih berkesan selain dari membiarkan menantu anda terus "take over the limelight"...